Warna di Hidup


Aku sering bilang, jika aku sangat mengenal kamu lebih dari siapapun yang mengenal kamu. Aku juga merasa hanya aku yang paling mengenal apapun yang ada pada diri kamu, sedangkan orang lain mereka tidak pernah tahu tentang apapun yang ada pada diri kamu. Kita mungkin sudah sangat mengenal sangat lama dan sungguh lama, kita selalu bersama setiap hari, mungkin tiada hari kita bersama bukankah itu membuktikan jika kita saling mengenal dan mengetahui satu sama lain karena hari-hari yang kita lewati adalah hari-hari bersama, hari-hari yang penuh dengan cerita, hari-hari yang harusnya menjadi perkenalan.

Setelah melewati banyak hari bersama aku jadi mencintai kamu, perasaan ini sengaja aku sembunyikan dari kamu dan semua orang karena aku tidak pernah ingin merusak hari-hari bersama kita jika perasaan itu kamu tahu. Tapi satu hal yang membuat aku bangga kedekatan kita, kita memang dekat, tidak ada orang lain yang menyamai kedekatan kita. Mungkin banyak juga yang menyangka kita sepasang kekasih, aku senang dengan prasangka itu tapi kamu selalu membantahnya

"ehm kita hanya teman kok, teman dekat, iya cuma teman dekat" begitulah setiap kali kamu menyangkal perkiraan orang-orang dan aku lebih sering diam dan merasa sedih atau kecewa mungkin yang lebih tepat karena apa yang aku harapkan tidak pernah sesuai, dia selalu berbeda.


Sampai suatu ketika kita memang sudah waktunya harus berpisah dan tidak memiliki waktu sama lain untuk saling bertemu dan bersama lagi sebagaimana biasa. Saat itulah aku berani mendatangi kamu dan mengatakan
"tahukah kamu jika selama ini laki-laki yang ada disamping kamu dan dulu selalu ada disamping kamu menemani kamu mengambil absen diruang guru, jajan kekantin belakang sekolah, pergi foto copy soal, dan segalanya yang pernah laki-laki itu lewati bersama kamu. Dia itu sangat mencintai kamu hanya saja pertama tidak pernah ingin merusak kebersamaan kalian, yang kedua karena kamu sudah tidak lagi sendiri sudah ada yang memiliki, yang ketiga kamu tidak pernah menyadari bila dari sikap laki-laki tersebut sudah jelas mengatakan jika dia mencintai kamu".

 "aku ucapkan terima kasih untuk rasa cinta itu hanya saja aku tidak bisa menerimanya karena sudah ada cinta yang lain yang menempati hati ini sejak dulu hingga sekarang. Kita tetap teman dekat ya" itulah sepotong kalimat yang aku benci sejak dulu hingga kini masih terucap dan masih sama dikatakan oleh bibir yang sama, orang yang sama, wanita yang sama, dan aku yang sama yang selalu mendapatkan pengakuan seperti itu.

"setelah bertahun yang kita lalui bersama, setelah kedekatan kita,setelah apa yang pernah aku korbankan, seringkali aku berkorban perasaan untuk melihat kebahagiaan kamu, sadarkah kamu tentang hal itu, aku seringkali merelakan rasaku untuk laki-laki yang sering menggoda kamu, laki-laki yang datang mengajak kamu bicara dan kamu terlihat menyukainya, laki-laki yang menyatakan cinta dan kamu menerimanya, dan sadarkah kamu aku menjadi pendengar yang sangat baik untuk semua curhat kamu tentang pacar-pacar kamu, dan sadarkah kamu ketika beberapa kali kamu putus nyambung aku selalu menyarankan hal baik agar kamu kembali kepada kekasih kamu karena mungkin dia adalah cinta terbaik kamu. Dan apakah kamu sadar ketika aku menjawab telpon kamu dan menyarankan semua itu aku menjawabnya dengan airmata, dengan kesedihan, dengan harapan kamu tidak pernah mencintainya lagi tapi aku bukan setan yang senang menghasut aku hanya seorang pria yang sedang jatuh cinta. Apakah kamu sadar akan semua itu, akan semua yang pernah aku lakukan"

"iya aku berterima kasih atas semua pengorbanan yang telah kamu lakukan, aku hargai itu" kamu kembali menjawabnya tanpa sebuah respect atas rasa yang pernah aku punya.

"tapi apa yang aku lakukan itu aku harapkan mendapatkan juga dengan hal yang seimbang, mendapatkan hal yang setara, mendapatkan ketulusan cinta yang sama dari kamu" aku kembali menyudutkan kamu agar kamu merasa bersalah dan segera mencintai aku juga tapi kamu menjawab

"apakah aku pernah menuntut kamu agar menjadi seperti apa yang kamu ungkapkan, apakah aku pernah memintanya, apakah aku pernah mengharapkan kita selalu bersama dan menjadi sangat dekat, coba kamu sadari itu, semua itu karena keadaan, semua itu karena waktu, kedekatan kita itu waktu dan keadaan yang membentuknya tapi apakah cinta harus juga dipaksakan. Mungkin kedekatan bisa dipaksakan tapi untuk sebuah cinta ini bukan hal biasa bila tidak tepat pada tempatnya segalanya akan runyam, ingat aku tidak pernah menuntut, meminta, dan mengharapkan apa yang kamu lakukan selama ini" lalu kamu berlalu meninggalkan aku pada hujan senja ini, aku ingin berlari dan membiarkan tubuh ini dibasahi oleh air bergerombol yang datang dari langit. Tapi kaki serasa lunglai aku hanya mampu berjalan lemah dan perlahan tapi aku tidak akan menyerah, kini dalam kesedihan ini aku harus tetap berdoa semoga saja dia berubah pikiran dan menyadari cinta besar yang aku punya mseki apa yang dia katakan itu benar bila cinta harus pada tempat yang tepat.

Kini setelah lama kita tidak pernah terhubung dalam satu waktu kamu mengirimkan pesan singkat kepadaku, itu membuat aku sangat bahagia dan terpikir mungkin kini kamu sudah mau menerima cinta yang aku punya dan sudah aku berikan. Ternyata apa yang aku harapkan sangat salah setelah lama tidak terhubung kamu sudah lupa dan menanyakan kembali apa yang dulu pernah aku katakan, kamu terlihat sangat tidak menghargai perasaanku. Awalnya kita terlihat biasa tanpa masalah apapun aku masih mampu mengendalikan diri meski dalam hati sungguh terasa panas karena apa yang sangat berarti untuk aku yang kuberikan padamu begitu saja dilupakan. Tapi akhirnya aku tidak sanggup juga dan kita bicara di telphone

"sadarkah kamu, jika kamu tidak pernah menghargai apa yang aku berikan, sekalipun kamu tidak ingin menerimanya tidak berarti kamu bisa seenaknya melupakannya, aku merasa seperti seseorang yang sanga tidak berarti untuk kamu" Kita kembali pada pertengkaran yang harusnya tidak terjadi

"tahukah kamu aku bukan melupakan atau tidak mengganggap apa yang kamu telah berikan. Tapi apakah kamu sadar, kamu selalu mengatakan jika kamu sangat mencintai aku, dan kamu sangat ingin bersamaku dan tidak pernah ingin terpisah, dan kamu juga mengganggap jika kamu adalah orang yang paling pantas bersamaku dan paling mengenal aku, kita memang selalu dekat dan berbagi hari bersama. Jika benar kamu mencintai aku dan sangat mengenal aku, aku hanya ingin bertanya satu hal apa warna kesukaan aku?" kamu menanyakan satu hal yang paling sepele dalam kehidupan ini. Aku tertawa mendengarnya namun setelah itu aku menangis, karena aku tidak tahu apa jawabannya.

"kenapa kamu diam, kamu tidak tau, ini yang kamu bilang cinta ini, ini yang kamu katakan jika kamu sangat mengenal aku. Kamu jauh lebih tidak mengenal aku dari orang lain hanya sekedar warna kamu tidak pernah ingin tahu, hal yang sepele dari diriku saja kamu tidak pernah ingin tahu apalagi yang lebih hal besar bagaimana aku bisa mempercayakan cintaku untuk kamu jika kenyataannya seperti ini." aku adalah orang yang tidak pernah ingin kalah dan selalu mendewakan ego, aku tidak menyerah aku kembali membalikkan kata-katanya,

"kamu bisa menuduh aku seperti itu kamu yang juga merasakan paling dan paling mengenal aku apakah kamu warna yang aku suka?"

"kamu bertanya tentang warna yang kamu suka? sekarang apakah kamu punya warna? sadari itu kamu sendiri saja tidak pernah tahu apa warna yang kamu suka! apalagi orang lain ketika kamu punya warna maka orang lain akan tahu tentang itu dan kamu juga akan tahu warna yang orang lain punya! sudahlah aku bosan dengan pembicaraan ini" dia mematikan telphonenya. Ini adalah sebuah jawaban yang mematikan dan mengunci aku dalam satu ruangan yang tidak bisa memilih ingin melakukan apalagi, dia telah menyadari aku tentang siapa diri dan kenapa aku tidak pernah mengetahui apa warna kesukaannya. Dia benar jika aku tidak pernah tahu apa warna kesukaanku, bagaimana aku bisa tahu warna orang lain. Setelah sekian lama bersama dan berbagi hari aku tidak pernah tahu apa warna yang dia suka, ini adalah satu hal yang paling sepele untuk semua orang harusnya aku tahu itu. Aku tidak pernah mengenal diri, bagaimana aku mengenal orang lain. Aku tidak punya warna itulah mengapa aku tidak mengetahui warna yang lain.

Devout n Degasu™

Tidak ada komentar:

Posting Komentar